Pergulatan di Ring Nol: Dari Markas Marsose, Sarang PKI, hingga Kantor SMSI

LAYARETAM.COM — Malam itu, Kamis, 15 April 2021, cahaya lampu temaram jatuh di lantai kayu tua yang sudah berderit dimakan usia. Aroma sate Padang menyeruak dari meja sudut, bercampur wangi cat kusam dan kayu lawas. Di lantai dua gedung di Jalan Veteran II No. 7C, Jakarta Pusat, suara tawa dan percakapan memenuhi ruang rapat yang dindingnya masih mempertahankan pintu dan ornamen asli.

Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Firdaus berdiri di tengah, menyambut para tamu. Ada Deden Ridwan, penulis sekaligus produser film; Salman el-Hakim, Ketua Umum Masyarakat Sepak Bola Indonesia; dan Erris Julietta Napitupulu, Sekretaris SMSI Sumatra Utara. Malam itu bukan sekadar buka puasa bersama. Mereka tengah memulai sebuah proyek ambisius: menulis buku dan membuat film dokumenter bertajuk Pergulatan di Ring Nol: JP Coen, DN Aidit hingga Firdaus.

Firdaus menatap sekeliling, seolah mengukur beratnya sejarah yang menempel di tiap sudut ruangan.

“Gedung ini menyimpan pergulatan intelektual, politik, dan ideologi yang ikut membentuk arah bangsa,” katanya.

Jejak itu memang panjang dan berliku. Pada awal abad ke-20, gedung ini menjadi markas Marsose, polisi rahasia Hindia Belanda. Dari sinilah operasi intelijen memata-matai pergerakan pribumi. Ironisnya, sang penguasa, Gubernur Jenderal JP Coen, justru tewas di tangan warga, tak jauh dari gedung ini.

Saat revolusi 1945 meletup, bangunan ini diambil alih Central Committee PKI di bawah pimpinan DN Aidit. Banyak rapat-rapat strategis, seperti misalnya persiapan Pemberontakan Madiun 1948 dan Gerakan 30 September 1965, disebut pernah berlangsung di sini. Pasca meletusnya tragedi 1965, Kodam Siliwangi merebut gedung ini dari PKI, lalu menyerahkannya ke Kodam Jaya.

Di tangan Gubernur DKI Ali Sadikin, gedung ini beralih ke Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat. Puluhan tahun kemudian, saat PWI dipimpin Margiono, pengelolaan jatuh ke SMSI. Kini, bangunan yang berada di “Ring Nol” alias sebutan untuk kawasan inti kekuasaan negara, menjadi markas para penggerak media siber.

“Getaran dari sini bisa sampai ke istana, begitu juga sebaliknya,” ujar Firdaus sambil tersenyum tipis.

Rapat malam itu berakhir dengan keputusan penting: Deden Ridwan akan menulis buku sekaligus memproduseri film dokudrama tentang gedung ini. Naskahnya akan menenun potongan sejarah, testimoni saksi hidup, dan drama yang pernah berdenyut di dinding-dinding tua ini.

Di luar, gedung itu mungkin tampak seperti bangunan lawas biasa. Tapi bagi mereka yang tahu, ia adalah kapsul waktu. Dari bisik-bisik operasi rahasia kolonial, riuh rapat gelap PKI, hingga perbincangan hangat para wartawan masa kini yang semuanya terekam di sini. Pergulatan di pusat nadi kekuasaan. Pergulatan di Ring Nol.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

0Shares