Korelasi Kopi: Meracik Kenangan Ayah dalam Secangkir Kopi yang Aman di Lambung

LAYARETAM.COM — Dari dapur rumah di Gang Indah, Jalan Otto Iskandar Dinata, Samarinda, secangkir kopi buatan tangan Yudha perlahan membangun reputasi. Namanya: Korelasi Kopi. Brand yang kini hadir di arena KalaFest 2025 Citra Niaga ini menawarkan sesuatu yang tak sekadar tren tetapi nostalgia, eksperimen, dan kehangatan khas keluarga.

Berawal dari kegemarannya ngopi sejak 2020, Yudha melihat ada kesamaan rasa di berbagai kedai kopi yang ia kunjungi. Dari sinilah muncul gagasan di benaknya untuk menghadirkan rasa yang unik, sekaligus otentik. Ia mulai menjual kopi sejak 2022, dengan penjualan harian yang kala itu hanya mencapai 5 hingga 10 cup.

Titik balik terjadi pada 2023. Yudha memutuskan meracik ulang kopi dengan resep warisan sang ayah yang selalu menyeduh minuman favoritnya dengan metode khas: air yang telah disimpan semalaman di kulkas, kemudian diseduh, dan didinginkan kembali sebelum disajikan. Teknik itu, menurut Yudha, menghasilkan kopi yang tetap strong, namun tidak memicu keluhan lambung atau jantung berdebar.

“Ini signature kami: Kopi Susu Korelasi. Rasanya kuat, tapi aman di lambung. Sejauh ini tidak ada pelanggan yang mengeluhkan efek samping,” ujar Yudha kepada layaretam.com

Selain kopi susu korelasi, varian lain seperti Pandanesia dan sejumlah mocktail khas turut melengkapi lini produknya.

Tenan Korelasi Kopi di KalaFest 2025

KalaFest 2025 menjadi momentum penting bagi Yudha memperkenalkan produk racikannya secara langsung ke publik. Sebelumnya, Korelasi Kopi hanya beroperasi secara daring lewat GoFood dan MaximFood

”Biasanya kami hanya jual dari rumah, tapi di sini kami bisa langsung sapa pembeli,” ujarnya saat ditemui di sela kegiatan yang digagas Tirtonegoro Foundation tersebut.

Selama tiga hari festival, Yudha membawa 50 cup kopi per hari dan seluruhnya ludes. Peningkatan signifikan dibanding penjualan rumahan yang biasanya hanya sepuluh cup per hari.

Yudha juga menyesuaikan tampilan tenan-nya dengan nuansa KalaFest yang bertema tempo dulu. “Kami diminta tidak terlalu tampil kekinian. Jadi semua disesuaikan meja bambu, tidak ada hiasan mencolok,” katanya.

Ke depan, Yudha berharap Korelasi Kopi bisa memiliki kedai fisik, bahkan membuka cabang dan menggaet investor. Ia juga mendukung agar festival serupa digelar rutin.

“Kalau bisa setiap dua atau tiga bulan sekali. Karena ini bukan cuma soal jualan, tapi juga menghidupkan kembali Citra Niaga dan memberi ruang bagi pelaku UMKM lokal,” tuturnya. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

0Shares